Seminggu di Mauritius bersama krucils, kemana saja?
Untuk liburan musim panas 2023, kami memutuskan untuk pergi ke Mauritius. Alasan kami memilih Mauritius adalah karena
- kami ingin menjelajahi benua yang belum pernah kami kunjungi sebelumnya. Pilihan kami antara Amerika atau Afrika, dengan syarat harus negara yang bebas visa, e-visa, atau visa on arrival untuk paspor Indonesia.
- Negara-negara di Amerika yang memenuhi syarat ini memiliki tiket pesawat yang sangat mahal. Dari segi biaya tiket, lebih ekonomis pergi ke Afrika.
- Awalnya, kami mempertimbangkan Tanzania, Namibia, atau Kenya di Afrika daratan. Namun, meskipun tiketnya agak terjangkau, biaya akomodasi dan lainnya ternyata sangat mahal. Kami pun mencari negara Afrika yang berupa kepulauan dan akhirnya memilih antara Seychelles atau Mauritius.
- Setelah mencari informasi, ternyata Mauritius lebih menarik bagi anak-anak karena selain pantai, terdapat juga wisata alam lainnya seperti pegunungan dan hutan yang bisa dieksplorasi. Selain itu, Condor baru saja membuka penerbangan langsung dari Frankfurt (FRA) ke Mauritius. Dari segi akomodasi, Mauritius menawarkan lebih banyak pilihan dibanding Seychelles, tidak hanya resort bintang 5, tetapi juga berbagai jenis apartemen dengan pantai pribadi dengan harga yang lebih terjangkau.
Di Mauritius, kami memilih untuk menginap di daerah selatan pulau. Kami merasa bahwa daerah ini lebih ramah keluarga dibandingkan dengan bagian utara. Agar perjalanan kami lebih nyaman dan eksplorasi pulau bisa dilakukan dengan leluasa, kami memutuskan untuk menyewa mobil langsung dari bandara. Dengan mobil sewaan, kami bisa dengan mudah menjelajahi berbagai tempat menarik dan menikmati liburan kami secara maksimal.
Day 1
Jalan jalan ke Port Louis
Kami mengunjungi ibu kota Mauritius, yang meskipun tidak terlalu besar, menawarkan pesona tersendiri. Ada pasar lokal yang menarik perhatian si ayah, yang memang suka sekali menjelajahi pasar-pasar. Kami pun berhenti sejenak untuk membeli nanas, meskipun di Jerman sebenarnya banyak tersedia nanas juga. Mungkin karena Mauritius terletak relatif dekat dengan Indonesia dan memiliki iklim tropis, buah-buahan tropis seperti nanas dan kelapa melimpah di sini. Yang menyenangkan, harga di pasar sudah fixed price, jadi kami tidak perlu repot-repot menawar.
Di Port Louis, kami menemukan pusat pertokoan yang ramai serta berbagai kafe yang nyaman untuk bersantai. Jika malas duduk di kafe, bisa duduk di tepi laut sambil menikmati semilir angin laut. Tempat yang cozy baik untuk berbelanja, bersantai, atau sekadar menikmati keindahan pantai.
Anyway, untuk makan siang, anak anak lebih memilih untuk makan di KFC, karena ternyata KFC dan Mc D disini sudah bersertifikasi halal
Day 2
Dolphin tour
Salah satu tujuan utama kami ke Mauritius adalah untuk melihat lumba-lumba di laut. Selain melihat lumba-lumba, ada juga opsi tur yang menggabungkan pencarian lumba-lumba dan paus. Namun, tur kombinasi ini memakan waktu seharian penuh, memerlukan perjalanan jauh dengan boat, dan tidak ada jaminan akan melihat paus. Harganya juga jauh lebih mahal dibandingkan tur khusus lumba-lumba. Akhirnya, kami memutuskan untuk memilih tur lumba-lumba saja. Tur ini mencakup snorkeling di laut lepas dan kunjungan ke salah satu pulau untuk makan siang (all included).
Flic and Flac Beach
Karena kami menginap di apartemen yang menghadap Pantai Flic en Flac, sore hari kami bersantai di pantai, menikmati matahari terbenam sambil berjalan-jalan di sekitar pantai. Pantai Flic en Flac memang menghadap arah matahari terbenam, sehingga kami bisa melihat pemandangan matahari terbenam langsung dari jendela apartemen kami. Selain itu, pantai ini memiliki pasir putih yang lembut, sangat cocok untuk anak-anak. Sepanjang pantai, terdapat banyak apartemen dan resort.
Untuk akomodasi di Mauritius, ada pilihan apartemen dengan harga mulai dari 30 hingga 200 euro per malam. Ada apartemen dua kamar tidur yang harganya ‘cuma’ sekitar 30 euro, dan berdasarkan gambar serta ulasannya, tempat tersebut cukup direkomendasikan. Namun, letaknya lebih dekat ke kota dibandingkan ke pantai. Jika memilih apartemen yang dekat dengan pantai, harganya bisa di atas 50 euro per malam, tergantung pada jumlah kamar dan fasilitasnya. Kelebihan apartemen adalah akses langsung ke pantai dari depan kamar. Sebaliknya, resort atau hotel biasanya memerlukan perjalanan lebih jauh untuk mencapai pantai, namun mereka menawarkan fasilitas lengkap seperti sauna, spa, dan layanan penitipan anak.
Di Flic en Flac, terdapat juga public beach yang cukup ramai. Di sini, banyak penjual street food yang menawarkan berbagai macam seafood, termasuk makanan halal. Hal ini mungkin karena ada banyak komunitas Muslim di Mauritius, sehingga pilihan makanan halal cukup melimpah. Harga makanan di pinggir pantai berkisar antara 3 hingga 5 euro per porsi, yang jauh lebih murah dibandingkan dengan harga makanan di Jerman. Jenis makanan yang tersedia merupakan campuran antara India, Afrika, dan China, dengan banyak menggunakan mie dan nasi. Selain itu, ada banyak restoran di sekitar area ini, beberapa di antaranya juga bersertifikasi halal.
Day 3
Casela Nature Park
Park disini modelnya seperti safari, dimana binatangnya tidak dikurung didalam sangkar. Sehingga menarik untuk dikunjungi. Namun, untuk binatang buas, mereka diberi pemisah berupa pagar tinggi agar tidak bisa memasuki area lain. Terdapat paket khusus, seperti jalan bersama singa atau berfoto dengan cheetah. Anak lanang ingin berfoto dengan cheetah, sementara anak kicik lebih senang memberi makan jerapah, karena masih terlalu kecil untuk berada di dekat binatang buas.
Day 4
Chamarel waterfall and 7 colour earth park
Di Chamarel, terdapat dua tempat yang bisa dikunjungi: Air Terjun Chamarel dan 7 colour earth park. Jika berniat untuk hiking ke dasar air terjun, disarankan untuk menggunakan pemandu karena jalurnya cukup menantang. Kami hanya melihat air terjun dari atas karena keterbatasan waktu. Hiking ke dasar memerlukan waktu sekitar 3-4 jam. Sementara itu, kami sudah merencanakan untuk hiking di George River Park dan Le Morne Brabant. Pemandangan dari atas juga sangat cantik dan spektakuler.
7 colour earth park memiliki bukit pasir dalam tujuh warna berbeda: merah, cokelat, ungu, hijau, biru, ungu, dan kuning. Terbentuknya pasir warna-warni ini disebabkan oleh dekomposisi batuan vulkanik (basal) menjadi tanah liat, yang kemudian berubah menjadi tanah ferralitik. Warna-warna yang berbeda ini disebabkan oleh keberadaan besi dan alumunium yang masing-masing menghasilkan warna merah/antrasit dan biru/keunguan. Fenomena pasir yang secara spontan terpisah menjadi lapisan-lapisan dengan warna yang berbeda masih belum sepenuhnya dipahami oleh para peneliti.
Setelah lelah berkeliling, bisa bersantai di kafe sambil menikmati es tebu, yang dibuat segar langsung dari mesin.
Hiking to the Black River Gorges National Park
Black River Gorges adalah taman nasional terbesar di Mauritius dan merupakan salah satu tempat favorit para pendaki. Di sini terdapat lebih dari 300 spesies flora dan 9 jenis burung yang hanya dapat ditemukan di Mauritius. Selain itu, puncak tertinggi Mauritius, Black River Peak, terletak di sini. Awalnya, saya agak ragu untuk melakukan hiking karena sudah lewat jam 1 siang, dan informasi menyebutkan bahwa pendakian ke puncak memerlukan waktu sekitar 3-4 jam. Saya khawatir akan gelap sebelum kami sampai, dan hiking di hutan lebat tanpa pemandu terasa agak menakutkan.
Trails hiking di sini termasuk moderat, dengan banyak tanjakan dan turunan. Rasanya seperti tidak ada habisnya. Ketika bertemu pendaki lain dan bertanya, mereka selalu bilang bahwa puncaknya sudah dekat, paling 15-20 menit lagi. Namun, kenyataannya, kami baru sampai setelah lebih dari satu jam kemudian.
Hutannya cukup lebat, sehingga saat sore menjelang, suasana di dalam menjadi agak remang-remang. Meskipun tidak ada informasi tentang keberadaan binatang buas di sini, tetap saja saya merasa cemas jika tiba-tiba ada binatang melata muncul. Untuk mencapai puncak, diperlukan usaha ekstra karena jalurnya sangat curam dan memerlukan tali untuk mendaki. Anak lanang dan ayahnya tidak mengalami kesulitan berarti, sementara anak kicik sedikit kesulitan, dan saya sendiri harus hati-hati dan mengikuti petunjuk si Ayah saat naik dan turun menggunakan tali. Namun, semuanya terbayar saat melihat pemandangan dari atas yang sungguh luar biasa indah. It is totally worth the effort!
Day 5
Bel Ombre beach and snorkeling
Setelah sehari sebelumnya kami full day hiking, hari selanjutnya kami memutuskan untuk bersantai saja di Pantai Bel Ombre sambil snorkeling. Kali ini kami pindah ke hotel yang bergaya resort dan memilih paket half board, yang mencakup sarapan dan makan malam. Kami tidak mengambil makan siang di hotel karena berencana menjelajahi kota pada siang hari, jadi kami bisa makan siang di luar dan kalau dihitung hitung akan lebih murah. Pagi dan sore hari, kami menikmati waktu dengan berenang dan bersantai di pantai.
Pantai Bel Ombre bersih, meskipun pasirnya tidak seputih dan selembut di Flic en Flac. Ombak di pantai ini kecil, sehingga aman untuk anak-anak berenang dan snorkeling. Di Flic en Flac, ombaknya cukup besar, jadi berenang bisa terasa sedikit menakutkan. Di Pantai Bel Ombre, kami menemukan banyak ikan warna-warni, sea urchin ungu, dan bintang laut. Anak kicik sangat senang melihat berbagai jenis binatang laut, selain ikan
Di Bel Ombre juga terdapat public beach, tetapi saat kami berkunjung, suasananya sangat sepi, tidak seramai Pantai Flic en Flac. Kota di sekitar juga tidak terlalu ramai. Kami akhirnya hanya berhenti untuk makan di restoran yang terletak di depan pantai. Harganya cukup terjangkau unt uk ukuran restoran di daerah wisata. Seporsi mie goreng seafood, harganya sekitar 4 Euro. Porsinya cukup besar sehingga saya bisa berbagi dengan anak kicik. Oh, dan karena Mauritius dekat dengan laut, seafood, terutama gurita, sangat melimpah. Baru sekali ini makan mi goreng seafood yang ada potongan guritanya!
Day 6
Hiking to Le Morne Brabant
Le Morne Brabant adalah salah satu dari dua situs warisan dunia UNESCO di Mauritius. Jalur pendakiannya lebih menantang dibandingkan dengan Black River Peak, dengan kemiringan yang lebih tajam dan memerlukan pendakian di tebing yang benar-benar curam. Awalnya, kami berniat menggunakan pemandu untuk naik ke puncak, namun setelah bertanya, kami menemukan bahwa grup pemandu terdiri dari hingga 20 orang, yang terasa tidak efektif. Kami juga bertemu dengan keluarga Jerman yang pernah hiking di sini tanpa pemandu dan merasa baik-baik saja. Akhirnya, kami memutuskan untuk naik tanpa pemandu.
Pemandangan dari puncak memang sangat spektakuler. Dari atas, kami dapat melihat fenomena underwater waterfall. Kami sempat mempertimbangkan untuk naik helikopter untuk melihat underwater waterfall ini, namun ada batasan usia minimum untuk anak anak dan anak kicik masih terlalu muda untuk ikut.
Untuk hiking di Le Morne Brabant, disarankan untuk dimulai di pagi hari. Berbeda dengan Black River Peak yang berada di hutan dan teduh, jalur hiking di sini terbuka karena berada di gunung, sehingga matahari terasa sangat panas saat siang hari. Meskipun musim dingin, matahari di puncak gunung tetap terik. Sebaiknya berangkat pagi-pagi, sekitar saat matahari terbit. Di pagi hari, sudah banyak pendaki lain dan tur-tur mulai beroperasi sekitar pukul 7-8 pagi.
Setelah hiking, kami sempat kembali ke hotel untuk mandi dan bersiap-siap check-out sebelum pindah ke hotel dekat bandara. Kami memutuskan untuk menginap dekat bandara selama dua hari terakhir agar tidak terburu-buru di pagi hari dan masih sempat melakukan sholat subuh sebelum menuju bandara.
Rochester Waterfall
Dalam perjalanan menuju hotel, kami berhenti di Rochester Waterfall. Air terjun ini tidak setinggi yang lain, namun memiliki keunikan dengan batu-batu hitam di belakangnya. Di laguna bawah air terjun, Anda bisa berenang. Kami memarkir kendaraan di bagian atas air terjun, lalu turun ke bagian bawah untuk menikmati pemandangan.
Day 7
Snorkeling and water sport at preskil Island
Another day of water sport and snorkeling di Preskil Island. Di sini, air lautnya benar-benar jernih dan pantainya memiliki pasir putih yang bersih. Dari atas perahu, terumbu karangnya tampak jelas dan sangat indah. Anak-anak betah sekali melihat koral dan ikan-ikan di bawah laut. Jika malas berenang, bisa bersantai di tepi pantai, tidur-tiduran di kursi pantai. Untuk kegiatan olahraga air, bisa meminjam kano atau papan selancar, dan ada juga sepeda air untuk berkeliling sambil melihat koral dan ikan. Di sekitar pantai, terdapat cukup banyak terumbu karang dan ikan, meskipun tidak seindah di tengah laut. Rata rata di area pinggir pantai, banyak terumbu karang yang sudah mati.
Setelah capek berenang, kami memutuskan untuk keluar sejenak mencari makan di kota. Awalnya, kami berniat makan di tempat yang sederhana, seperti mi goreng atau nasi goreng. Namun, ternyata tempat makan tersebut tidak menerima pembayaran dengan kartu. Akhirnya, kami memilih makan di restoran seafood yang menerima kartu kredit. Untungnya, harganya tidak terlalu mahal dan ada lobster segar hasil tangkapan hari itu di dalam menunya. Rasanya tentu saja enak, dan tidak berbeda dengan lobster segar dari laut Indonesia.
Malam hari, kami menikmati pertunjukan Sega di hotel. Sega adalah tarian tradisional khas Mauritius yang diiringi oleh alat musik tradisional seperti ravanne, maravanne, dan triangle. Gerakan tarian Sega banyak melibatkan pinggul dan kaki, mirip dengan tari perut, dengan kostum yang juga mirip. Di akhir pertunjukan, para penari mengajak penonton untuk bergabung menari bersama, serupa dengan konsep jaipongan di Indonesia, di mana penari akan menerima saweran dari pengunjung.
Hingga kini, anak-anak masih menganggap liburan ke Mauritius sebagai salah satu pengalaman favorit mereka. Di sana, mereka dapat menikmati snorkeling di laut, hiking di gunung, dan bersantai di pantai yang jaraknya tidak terlalu jauh satu dengan lainnya. Pemandangan dari puncak gunung sangat spektakuler, medan hiking cukup menantang, pantainya bersih, lautnya jernih, dan terumbu karangnya di laut termasuk salah satu yang terindah yang pernah kami lihat. Semoga di masa depan kami bisa kembali berlibur ke Mauritius!
Recent Comments